Apa Itu Inflasi dan Apa Penyebab Inflasi Terjadi?

Berita, Ekonomi324 Dilihat
banner 468x60

Dabisnis.com – Asumsikan kamu memiliki 10 kg emas. Tentu tidak mungkin kamu membawa emas tersebut ke mana-mana untuk membeli roti, susu, pakaian.

Untuk itu, kamu membawa cek yang menyatakan “Saya memiliki 10 kg emas yang tersimpan di bank” dan cek tersebut yang kamu gunakan untuk bertransaksi. Nilai yang kamu transaksikan bukan di kertas cek tersebut, tetapi berada di emas yang disimpan. Yang berpindah bukan emasnya secara fisik, melainkan kepemilikanya.

banner 336x280

Sistem tersebut dinamai Commodity Money atau Gold Stkamurd.

Sebelum tahun 1971, sistem keuangan kita menggunakan gold stkamurd dan memiliki daya beli yang lebih terjaga. Sistem gold stkamurd memastikan bahwa negara tidak mencetak uang lebih dari emas yang dimiliki.

Namun setelah tahun 1971 sistem ini diputuskan oleh Presiden Richard Nixon dimana uang berubah menjadi fiat yang dulu merupakan emas, sekarang dinilai berdasarkan kepercayaan masyarakat dan keyakinanya terhadap pemerintah.

Bila sebelumnya emas merupakan basis untuk mencetak uang, sekarang uang dapat dicetak bila diizinkan oleh bank sentral. Di Indonesia pencetak uang Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia atau Perum Peruri akan mencetak uang bila ditunjuk Bank Indonesia.

Pada beberapa hal Bank Indonesia mengizinkan Perum Peruri untuk mencetak rupiah demi memenuhi kebutuhan rupiah di masyarakat. Namun untuk beberapa hal tidak.

Kita ambil contoh di Amerika Serikat yang mencetak dolar pada saat menghadapi krisis finansial tindakan mencetak uang tersebut dinamai Quantitative Easing Bailouts atau Stimulus Program.

Dan tindakan tersebut menambah jumlah dolar di dunia. Berkat bertambahnya jumlah dolar di dunia atau suplai dolar di dunia maka daya belinya pun mengalami penurunan.

Turunnya daya beli fiat menaikan harga barang-barang uang 100.000 yang dulu dengan yang sekarang. Mungkin secara nominal sama, tetapi kemampuan belinya atau daya belinya berbeda. Menurunnya daya beli fiat seperti rupiah dan dolar menyebabkan pendapatan riil menurun.

Pendapatan kamu mungkin secara nominal Rp 10.000.000 per bulan tetapi daya belinya bukan Rp 10.000.000. Contohnya Jika tahun 2013 10 juta cukup untuk makan 5 bulan, sekarang hanya sanggup makan 2 bulan.

Berdasarkan analisis uang yang beredar pada Oktober 2018, total uang beredar dalam arti luas tercatat sebanyak Rp 5.665 triliun. Sedangkan pada Oktober 2013 uang beredar sebanyak Rp3.576 triliun.

Benar bahwa rupiah yang dicetak turut mengikuti kebutuhan masyarakat. Namun benar pula bahwa semakin banyak rupiah yang beredar kan menyebabkan kenaikkan harga-harga barang. Kembali lagi, semakin banyak suplai maka nilai barang tersebut akan menurun.

Hal yang paling membahayakan dari mata uang fiat adalah pada saat jumlah uang tersebut bertambah kekuatan belinya akan menurun dan itu akan dirasakan oleh setiap orang yang menghasilkan kepercayaan dan keyakinan yang lebih rendah terhadap pemerintah.

Bbahkan akan memiliki ekspektasi dimana di masa depan akan lebih buruk daripada masa sekarang. Pada saat kondisi ini terjadi, terjadilah hiper-inflasi dimana kenaikan harga barang-barang mencapai tingkat yang ekstrim.

Hiper-inflasi pernah terjadi di beberapa negara. Di Venezuela dibutuhkan 14 juta bolivar untuk membeli ayam. Selain Venezuela, Zimbabwe pernah mengalami hiper-inflasi yang mengakibatkan harga-harga barang naik dua kali lipat setiap 24 jam.

Karena mata uang fiat didasari oleh kepercayaan dan keyakinan masyarakat terhadap pemerintah.

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *