Dabisnis.com – Bisnis bila di Ibaratkan sebuah bangunan, untuk membangun-nya sekaligus menjalankan sebuah bisnis yang berkah dan sustainable serta mengharapkan suatu keberkahan darinya sangat diperlukan pilar-pilar yang kokoh untuk menopang keseluruhan bangunan.
Tentu saja membangun fondasi bisnis yang berkah ini tidak mudah begitu saja, tidak semudah menggosokkan lampu aladin kemudian keluar jin yang siap mengabulkan permintaan kita.
Oleh karena itu sebelum membangun bisnis yang bisa mendatangkan keberkahan dikemudian hari tidak hanya bagi pemilik bisnis saja, tetapi juga kepada para partner bisnis, para karyawan maupun buruhnya sekaligus kepada para konsumen yang loyal.
Maka kita perlu selami empat hal ini, karena dari sinilah fondasi bisnis yang berkah itu bisa kita bangun & menjadi manfaat yang positif bagi sesama, dan juga bagi Bangsa Negara Indonesia.
1 : Makna Sukses
Apa makna sukses Anda? Sering kali kebanyakan dari kita terjebak dan menganalogikan kesuksesan seseorang hanya didasari dari faktor materi saja
Bagaimana tidak, misalnya melihat para idola di Sosmed maupun di TV kita terkagum-kagum karena dia mampu membeli mobil supercar yang dengan kemewahannya apabila disandingkan dengan mobil pribadi yang Anda miliki, lantas apakah kemudian dia sukses sedangkan Anda melabeli diri Anda tidak sukses karena tak sanggup membeli mobil supercar tersebut?
Lalu kalau begitu Apa kabar dengan para buruh dan kuli bangunan yang bekerja kasar dengan penghasilan tak tentu dan pas-pasan apakah dikatakan tidak sukses hidupnya, jika dibandingkan dengan para karyawan kantoran yang bekerja diruangan ber AC tanpa perlu panas-panasan dan mempunyai penghasilan gaji pasti setiap bulannya lantas Anda mengatakan yang demikian sukses?
Jawabannya tergantung dari sudut pandang Anda memaknai kesuksesan tersebut.
Intinya jangan pernah membandingkan kesuksesan materi yang didapatkan oleh seseorang terhadap pencapaian yang kita lakukan.
Ya, memang ironis sekali faktanya kita pun harus mengakuinya juga karena hampir separuh dari masyarakat dunia terkontaminasi oleh paham materialistis.
Yang hanya mengukur kesuksesan setiap individu berdasarkan dari jumlah materi yang dipunya atau jumlah kekayaan yang dimiliki.
Diperparah lagi dengan Trend Digitalisasi sebagai media yang sangat dengan mudah diakses siapapun, generasi yang terbentuk olehnya ini menganggap suksesnya seseorang tergantung dari seberapa besar jumlah followersnya di sosial media.
Padahal kita tidak pernah tahu kehidupan di sosial media dengan kehidupan kenyataan itu sangat jauh berbeda.
Bisa jadi apa yang di tampilkan oleh para Influencer/pengusaha/pejabat atau siapapun di sosial media adalah yang diinginkan untuk diketahui oleh masyarakat dan dipublikasi sebagai sarana dalam membangun citra diri yang sukses dan itu belum tentu keadaan sebenarnya.
Jadi hemat kata:
“Jangan biarkan orang lain membentuk Makna Sukses Anda, Karena hanya dirimu sendirilah yang tahu arti dari Makna Sukses Sejati.”
“Orang SUKSES adalah orang yang MERDEKA dari penilaian orang lain.
“Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi sesama” (Hadits).
2 : Angka Cukup
Berdasarkan dari Kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah dan diatur dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 13 Tahun 2012 terdapat beberapa list Standar Kebutuhan Hidup Layak di Indonesia:
1.Makanan dan Minuman
2.Sandang
3.Perumahan
4.Pendidikan
5.Kesehatan
6.Transportasi
7.Rekreasi & Tabungan
Inilah yang dijadikan acuan sebagai standar penghasilan gaji buruh atau UMK di Indonesia.
Pertanyaannya jika penghasilan Anda mengacu ke standar UMK di Indonesia sudah cukupkah penghasilan tersebut untuk membiayai berbagai kehidupan Anda?
Coba renungkan sejenak:
Bagi sebagian orang mungkin penghasilan UMK cukup atau berlebih malahan, dan bagi sebagian orang yang lain dengan penghasilan diatas UMK malah bilangnya kurang.
Semua kembali lagi tergantung dari gaya hidup dan tujuan Anda dalam memaknai arti kata “cukup” itu sendiri.
“Manusia itu sebenarnya tidak pernah merasa cukup, sampai tanah benar-benar menyumbat mulutnya”
Lantas jika penghasilan kita dalam skala UMK sudah memenuhi kebutuhan hidup walaupun kecil, kenapa juga mesti repot-repot untuk menjadi pengusaha?
Jawabannya: “Karena dengan menjadi pengusaha selain mencukupkan dirinya sendiri, mereka juga membantu orang lain untuk mendapatkan angka cukupnya“
Value inilah yang harus dipahami untuk para calon pengusaha ataupun para pelaku bisnis.
Jadi bukan hanya mencari dan mengejar keuntungan sebesar-besarnya. itu adalah gaya kapitalis yang bila diterapkan mengakibatkan rusaknya mental yang kemudian melahirkan keserakahan itu sendiri.
Akan tetapi kita juga mesti tahu bahwa ada nilai-nilai kebangsaan yang harus diterapkan dalam kehidupan bernegara ini di Sila ke 5 dari Pancasila: Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Itulah Entrepreuner yang sejati menjadi manfaat bagi sesama manusia, ibarat air menjadi penyapu dahaga dikala menyengatnya terik matahari.
3 : Konsep Rejeki
Untuk memudahkan dalam memaknai konsep rejeki itu sendiri kita bagi menjadi 3 yaitu:
- Rejeki yang Di Jamin,
Maksudnya selama kita mampu dan mau berusaha untuk menggerakkan kedua tangan atau seluruh kekuatan potensi di dalam diri kita Insya allah itu akan berkorelasi terhadap hasil yang akan diraih.
- Rejeki yang Di Gantung,
Yaitu seberapa besar dan kecilnya usaha/ikhtiar kita dalam mengais rejeki dengan cara yang benar (halal) namun hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan.
- Rejeki yang Di Janjikan,
Yaitu rejeki yang diturunkan kepada seseorang yang shalih/sekumpulan orang-orang yang bertakwa.
Jadi jika kita bedah di dalam kehidupan ini sebenarnya dalam mencari rejeki itu sendiri terdapat 2 faktor fundamental yang mempengaruhinya yaitu faktor internal & faktor eksternal.
Faktor internal dimana ini adalah wilayah yang bisa kita ubah tergantung dari seberapa besar usaha & ikhtiar yang kita lakukan sendiri yang disebut dengan Nasib.
Sedangkan faktor eksternal ini adalah wilayah yang tidak bisa kita ubah, karena wilayah ini sendiri kekuasaan Allah yang disebut dengan Takdir.
Di dunia ini ketika kita berusaha/ikhtiar termasuk dalam hal mencari rejeki akan selalu ada Kemudahan maupun Hambatan.
Banyak dari kita ingin-nya kemudahan melulu tapi tidak ingin ada hambatan, padahal dalam ilmu fisika hukum ke 3 Newton dijelaskan:
“Gaya aksi dan reaksi dari dua benda memiliki besaran yang sama, dengan arah terbalik, dan segaris”
Pendek katanya:
Seberapa besar usaha/ikhtiar yang Anda lakukan maka sebesar itu pula, Hambatan yang akan diterima.
Seberapa kuat usaha/ikhtiar yang Anda lakukan maka sebesar itu pula, Kemudahan yang akan diterima.
Yang harus dipahami agar kita berprasangka baik terhadap Allah bahwasan-nya Kemudahan itu ibarat Rejeki yang sudah mateng dan siap dinikmati, sedangkan Hambatan adalah rejeki yang mesti diolah terlebih dahulu sebelum dinikmati.
“Dan rejeki itu ibarat peluru yang melesat di medan perang, tak akan tertukar kalau itu sudah menjadi jatah kita”.
4 : Keberkahan berada di Proses
Berbicara untuk mendapatkan keberkahan di dalam berbisnis artinya ada sejumlah pertanyaan yang harus bisa dijawab oleh para calon maupun pelaku usaha, dalam hal ini ada 3 yaitu:
- Produk apa yang dijual?
Kita ambil contoh: Misalnya Anda mempunyai produk berupa pempek ikan tenggiri akan tetapi dalam prakteknya karena ingin untung setelah berjalannya waktu Anda kemudian menggantinya dengan ikan gabus yang dimana para pelanggan yang sudah loyal pada Anda hanya tahu bahwa pempek yang anda buat terbuat dari ikan tenggiri.
Etis tidak? Jelas tidak dong, karena Anda sudah berbohong pada pelanggan anda.
Pelajarannya tidak semua yang menguntungkan itu halal, dalam berbisnis etika itu berada di depan bukan sebaliknya.
Mungkin para pelanggan Anda tidak tahu, tapi Allah maha tahu apa yang dikerjakan setiap makhluknya.
- Alasan menjual produk tersebut?
Jadi dalam berbisnis disamping nilai-nilai kejujuran yang harus dikedepankan, Anda juga harus bisa menjawab apa manfaat positif dari produk yang akan didapatkan oleh para pelanggan tanpa membuat suatu kerugian pada para pelanggan anda.
Jika Anda dapat menjawabnya insya allah usaha/bisnis yang akan anda kerjakan sustainable di masa depan nanti.
- Bagaimana caranya menjual produk tersebut?
Berbicara tentang bagaimana caranya disini yang dimaksud adalah apakah dalam menjualnya memakai cara-cara yang manipulatif agar Anda mendapatkan keuntungan?
Padahal sudah jelas tidak semua yang menguntungkan itu berkah, keberkahan hanya bisa diraih jika Anda jujur dan mengedepankan kepentingan serta kepuasan pelanggan, sehingga jika pelanggan senang dan kalau mereka berdoa untuk kita insya allah kita mendapatkan keberkahan disitu.
Demikianlah paparan singkat dari 4 Fondasi Bisnis Yang Berkah, semoga tulisan ini menjadi manfaat untuk semua. Amin!